, , ,

Dalih Kesehatan Bikin Pimpinan Ponpes di Palopo Tampar Santri Usai Pengajian

oleh -210 Dilihat

Wawasan Palopo – Dunia pendidikan kembali digegerkan oleh kabar tidak sedap dari sebuah pondok pesantren di Kota Palopo, Sulawesi Selatan. Seorang pimpinan pondok pesantren dilaporkan menampar santrinya usai kegiatan pengajian. Insiden yang viral di media sosial ini menuai sorotan publik lantaran sang pimpinan berdalih tindakannya semata-mata demi “kesehatan” sang santri.

Kronologi Insiden

Peristiwa itu terjadi usai pengajian rutin yang digelar di lingkungan pondok pesantren. Sejumlah saksi mata menyebutkan, korban awalnya tidak menyalami pimpinan pesantren sebagaimana kebiasaan di pesantren tersebut. Merasa tersinggung, pimpinan pesantren lalu menegur santri itu di hadapan rekan-rekannya.

Tak hanya menegur, pimpinan pesantren tersebut lantas menampar pipi sang santri. Aksi spontan itu sontak membuat suasana menjadi gaduh. Beberapa santri lain kaget dan mencoba menenangkan keadaan. Peristiwa ini sempat direkam oleh salah satu santri dan videonya menyebar luas di media sosial.

Dalih Sang Pimpinan

Merespons kritik publik, pimpinan pondok pesantren akhirnya angkat bicara. Ia mengakui perbuatannya, namun menegaskan tidak ada niat untuk mencederai. Menurutnya, tamparan itu dilakukan sebagai bentuk “pendisiplinan” sekaligus dalih kesehatan.

“Saya melihat anak itu pucat dan lemas. Tamparan kecil itu saya maksudkan untuk menyadarkannya agar tidak pingsan. Tidak ada maksud lain,” ucapnya dalam klarifikasi kepada wartawan.

Meski demikian, alasan tersebut tidak menyurutkan kritik. Banyak pihak menilai, apapun alasannya, kekerasan terhadap anak didik tidak dapat dibenarkan, terlebih dilakukan oleh seorang pemimpin lembaga pendidikan.

Pimpinan
Pimpinan

Baca juga: Kronologi Pimpinan Ponpes di Palopo Tampar Santri-Qori gegara Tak Disalami

Respon Orang Tua dan Publik

Kasus ini memantik reaksi keras dari masyarakat, terutama orang tua santri. Beberapa wali murid mendesak pihak pesantren memberikan klarifikasi terbuka sekaligus meminta jaminan agar insiden serupa tidak terulang kembali.

“Kami titip anak-anak di pesantren untuk dididik, bukan untuk diperlakukan dengan kekerasan. Harus ada evaluasi serius dari pihak yayasan,” ujar salah satu wali santri.

Di sisi lain, warganet membanjiri media sosial dengan komentar bernada kecewa. Banyak yang menilai dalih kesehatan yang dikemukakan tidak masuk akal dan justru memperburuk citra dunia pendidikan berbasis agama.

Sikap Pemerintah dan Kemenag

Kementerian Agama (Kemenag) Kota Palopo turut menanggapi peristiwa tersebut. Kepala Kemenag menegaskan bahwa pihaknya akan segera memanggil pengurus pesantren untuk meminta keterangan.

“Kita akan menelusuri kasus ini dengan hati-hati. Jika terbukti melanggar aturan perlindungan anak, tentu ada sanksi. Lembaga pendidikan harus jadi tempat aman bagi anak-anak,” tegasnya.

Desakan Stop Kekerasan di Dunia Pendidikan

Insiden ini kembali membuka diskusi publik soal kekerasan di lingkungan pendidikan. Aktivis perlindungan anak menyebutkan bahwa dalih apapun tidak bisa dijadikan pembenaran untuk melakukan tindakan fisik terhadap santri.

Menurut mereka, pendekatan edukatif dan dialogis jauh lebih efektif dibanding hukuman fisik yang justru menimbulkan trauma. “Santri adalah anak-anak yang sedang tumbuh. Mereka berhak atas pengasuhan yang aman dan penuh kasih sayang,” ungkap seorang pemerhati pendidikan di Palopo.

Penutup

Kasus tamparan santri oleh pimpinan pesantren di Palopo ini kini masih dalam penyelidikan pihak berwenang. Publik berharap agar peristiwa tersebut menjadi momentum untuk memperkuat komitmen menghapus praktik kekerasan dalam pendidikan. Apapun alasannya, pendidikan seharusnya menjadi ruang yang menumbuhkan kepercayaan diri, bukan ketakutan.

Indosat

No More Posts Available.

No more pages to load.